Mesjid Arrahman Kabeloa Balaroa Pewunu

Mesjid dalam lingkungan Pesantren Kabeloa Alkhairaat Pewunu.

Laboratorium Komputer

Siswa Madrasah Aliyah Kabeloa Alkhairaat Balaroa Pewunu sedang melaksanakan kegiatan praktek di Laboratorium Komputer .

Foto Kenangan

Sewaktu di Candi Borobudur ... dan ... kenangan alm. KH. Syakir Hubaib.

ALAM SRIYANTO

Saya senang berada dia alam bebas, menghirup kesegaran alam, tanpa beban dan tanpa polusi.

Kebersamaan

Bersama Farhan Hubaib, S.Ag, M.Ag. Kepala Madrasah Tsanawiyah Kabeloa Alkhairaat.

Selasa, 23 November 2021

mmbg

 kjbh

Minggu, 14 September 2014

DAKWAH DALAM KUBUR Bersama GUS NUR






Insya Allah, pada hari Sabtu, tanggal 25 Oktober 2014, bertepatan 1 Muharam, akan dilaksanakan Perayaan Tahun Baru Hijriyah di Pondok Pesantren Kabeloa Alkhairaat Balaroa Pewunu Kec. Dolo Barat Kab. Sigi Prov. Sulawesi Tengah, pada jam 13.00 sampai selesai. Pada kegiatan ini akan dilaksanakan Ceramah / Dakwah dari dalam kubur oleh Suginur Raharja atau Gus Nur.

Untuk itu, Panitia Penyelenggara mengundang seluruh lapisan masyarakat, khususnya di Kota Palu, Sigi dan sekitarnya, kiranya berkenan untuk meluangkan waktu menghadiri acara tersebut.















Senin, 09 Juni 2014

Cara Membuat Efek Teks Marquee

Cara Membuat Efek Teks Tulisan Berjalan (Marquee) di Blog - Artikel ini merupakan panduan dasar dalam memberikan pernak-pernik untuk sebuah blog. Teks tulisan berjalan termasuk beberapa pernak pernik yang sering digunakan untuk memberikan tampilan beda untuk sebuah teks atau tulisan bahkan artikel pun bisa dibuat berjalan. Teks tulisan berjalan di blog biasanya disebut dengan Marquee. Jika diartikan dengan fungsinya, marquee tidak memiliki keterkaitan karena arti dari marquee sendiri adalah Tenda Besar dan bukan teks tulisan berjalan. Mungkin marquee merupakan bahasa pemograman yang memiliki arti teks tulisan berjalan, tapi entahlah yang penting yang saya tahu marquee memiliki fungsi agar teks tulisan didalam blog memiliki efek bergerak atau berjalan.
Efek Teks Tulisan Berjalan (Marquee) di Blog

Teks tulisan berjalan atau marquee biasanya ditempatkan dibagian atas atau bawah blog dan sedikit sekali yang memasangnya dibagian sidebar atau bagian kanan kiri blog. Membuat tulisan teks berjalan dengan fungsi marquee ini memiliki beberapa efek kriteria atau karakteristik dalam tampilannya. Seperti efek berjalan secara umum, berjalan dengan efek berkedip, dan berjalan dengan efek berhenti jika disorot dengan kursor. Beberapa efek tersebut bisa anda lihat seperti Demo berikut ini

Tek Tulisan Berjalan Dari Kanan Ke Kiri
Tek Tulisan Berjalan Dari Kiri Ke Kanan
Tek Tulisan Berjalan Dari Kiri Ke Kanan Berkedip

Lalu bagiamana cara membuat tek tulisan berjalan di blog dengan beberapa efek selain seperti pada Demo yang saya pasang diatas? Untuk membuat efek marquee pada tulisan teks di blog, silahkan pilih beberapa efek teks tulisan berjalan berikut ini

Kode :
<marquee direction="left" scrollamount="2" align="center">Teks Tulisan Berjalan Dari Kanan Ke Kiri</marquee>

Kode :
<marquee direction="right" scrollamount="2" align="center">Teks Tulisan Berjalan Dari Kiri Ke Kanan</marquee>

Kode :
<marquee direction="right" scrollamount="2" align="center"><blink>Teks Tulisan Berjalan Dari Kiri Ke Kanan Berkedip</blink></marquee>

Kode :
<marquee direction="left" scrollamount="2" align="center" behavior="alternate">Teks Tulisan Berjalan Bolak Balik Dari Kiri Ke Kanan</marquee>

Kode :
<marquee direction="right" scrollamount="2" align="center" behavior="alternate">Teks Tulisan Berjalan Bolak Balik Dari Kanan Ke Kiri</marquee>

Kode :
<marquee direction="down" scrollamount="2" align="center">Teks Tulisan Berjalan Dari Atas Ke Bawah</marquee>

Kode :
<marquee direction="up" scrollamount="2" align="center">Teks Tulisan Berjalan Dari Bawah Ke Atas</marquee>

Kode :
<marquee direction="up" scrollamount="2" align="center" behavior="alternate">Teks Tulisan Berjalan Bolak Balik Dari Atas Ke Bawah</marquee>

Kode :
<marquee direction="up" scrollamount="2" align="center" behavior="alternate" width="90%"><marquee direction="right" behavior="alternate">Teks Tulisan Berjalan Zig Zag</marquee></marquee>

Kode :
<marquee direction="up" scrollamount="2" align="center" behavior="alternate" width="90%"><marquee direction="right">Teks Tulisan Berjalan Zig Zag</marquee></marquee>

Kode :
<marquee onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start() " scrollamount="2" direction="up" width="100%" height="100" align="center">Teks Tulisan Berjalan Berhenti Jika Disorot oleh Kursor Mouse</marquee>

Kode :
<marquee onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start() " scrollamount="2" direction="right" width="100%" height="100" align="center"><a href="/">Teks Tulisan Berjalan Dengan Link Url</a></marquee>

Keterangan :
Direction : Mengatur arah gerakan teks (left, right, up dan down)
Scrollmount : Mengatur kecepatan gerakan. semakin tinggin nilainya semakin cepat
Align : Mengatur posisi teks (left, right, center, justify)
Behavior : Mengatur gerakan teks (scroll, slide, alternate)

Setelah anda memilih atau membuat efek tek tulisan sendiri, untuk memasangnya didalam blog, silahkan salin saya kode-kode yang telah saya tulisa diatas.
Anda bisa memasang efek teks tulisan berjalan tersebut dimanapun yang anda inginkan termasuk didalam postingan atau didalam artikel blog anda. Suka-suka andalah mau dipasang dimana, okey? Jika ada pertanyaan, mari kita diskusikan bersama dengan meninggalkan komentar untuk artikel ini Cara Membuat Teks Tulisan Berjalan (Marquee) di Blog

Rabu, 04 Juni 2014

Arti Lambang Sulawesi Tengah

Sumber :  http://sulteng.go.id/

Arti Lambang

Written by Webmaster   
Wednesday, 09 November 2011 03:32
Lambang/Logo Sulteng
BENTUK: Bentuk dari Lambang Daerah Provinsi Sulawesi Tengah adalah simbol bentuk jantung, melambangkan bahwa isi dari pada lambang ini tertanam dan bersumber dari hati rakyat Sulawesi Tengah.

WARNA: Warna yang digunakan pada dasar Lambang Daerah Provinsi Sulawesi tengah ialah : Biru Langit dan Warna Kuning Emas pada Bintang dan Buah padi dan Warna Biru Laut pada gelombang.
  • Warna Biru Melambang kesetiaan (pada daerah,tanah air dan cita-cita) dan juga melambangkan cita-cita yang tinggi.
  • Warna Kuning melambangkan Kekayaan, keagungan dan keluhuran budi.
  • Warna Merah pada tulisan “Sulawesi Tengah” dengan dasar warna putih melambangkan keberanian dan kesatrian yang didasarkan atas hati yang suci, keiklasan dan kejujuran.
  • Warna Hijau pada buah dan daun kelapa serta kelopak kapas, melambangkan kesuburan, dan kemakmuran dengan bumi yang subur kita menuju pada kemakmuran.
  • Warna Coklat pada batang kelapa melambangkan ketenangan.

GAMBAR:
  • Lambang Daerah Sulawesi Tengah dilukiskan dengan pohon kelapa yang disamping merupakan modal untuk daerah ini, juga memberikan perlambangan :
  1. Kesediaan untuk mengorbankan segala-galanya untuk mencapai cita-cita.
  2. Seluruh bagian pohon kelapa sangat berguna bagi kehidupan manusia.
  3. Ketenangan dan tawakal dalam mengadapi segala tantangan.
  4. Pucuk yang lurus menunjuk bintang melambangkan keteguhan hati dalam usaha mencapai cita- cita hidup.
  • Lambang   Daerah Provinsi Sulawesi Tengah dijiwai oleh pancasila yang jelas terlukis pada bintang segi lima daun kelapa lima helai, dan buah kelapa lima buah. lebih jauh hal ini memberikan pengertian bahwa dengan jiwa pancasila, diatas relnya /jalannya pancasila, kita hendak mencapai cita-cita
  • Negara kebangsaan yang adil dan makmur diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
  • Garis gelombang dua buah dengan masing-masing enam dan empat jalur gelombang memberikan pengertian akan sifat maritim dari daerah Sulawesi
  • Tengah dan disamping kekayaan alam kita, laut disekitarnya merupakan modal besar pula dalam usaha mendatangkan kemakmuran di Sulawesi Tengah.
  • Padi dan Kapas merupakan lambang umum kemakmuran.jumlah padi dan kapas masing-masing Sembilan belas dan tiga belas buah gerigi buah kapas ada empat buah.
  • Angka 13 pada jumlah buah kapas pada gerigi kelopak kapas, 19 dan serta 4 pada jumlah buah padi dan galur gelombang, memberikan pengertian tanggal 13, bulan april, tahun 1964 yaitu tanggal, bulam , dan tahun terbentuknya Provinsi Daerah Tingkat Sulawesi Tengah.

Sejarah Singkat Sulawesi Tengah

Sumber :  http://sulteng.go.id/

Sejarah

Written by Webmaster   
Tuesday, 01 November 2011 02:44
Sejarah Singkat Sulawesi Tengah

Sebelum terbentuknya daerah otonom Sulawesi Tengah, kekuasaan pemerintahan masih dipegang oleh raja-raja yang tersebar di seluruh Sulawesi Tengah. Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah pada masa itu merupakan sebuah Pemerintahan Kerajaan, terdiri dari Tujuh Kerajaan di wilayah Timur dan Delapan Kerajaan di wilayah Barat, dan raja-raja ini mempunyai daerah dan kekuasaan sendiri-sendiri. Namun dengan adanya perkembangan sistem pemerintahan kerajaan dan hubungan sosial ekonomi (perdagangan), maka kerajaan-kerajaan ini perlahan-lahan mendapat pengaruh dari luar, antara lain dari kerajaan Bone, Gowa, Luwu, Mandar dan Ternate. Bahkan pada akhir abad XIX kerajaan di Wilayah Sulawesi Tengah sudah ada yang menjalin hubungan dengan luar negeri seperti Portugis, Spanyol dan VOC (Belanda).

Semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi Tengah seluruhnya jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh Kerajaan Di wilayah Timur dan Delapan Kerajaan Di wilayah Barat, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau Pusat-pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang meliputi, antara lain:

1. Poso Lage di Poso
2. Lore di Wianga
3. Tojo di Ampana
4. Pulau Una-una di Una-una
5. Bungku di Bungku
6. Mori di Kolonodale
7. Banggai di Luwuk
8. Parigi di Parigi
9. Moutong di Tinombo
10. Tawaeli di Tawaeli
11. Banawa di Donggala
12. Palu di Palu
13. Sigi/Dolo di Biromaru
14. Kulawi di Kulawi
15. Tolitoli di Tolitoli

Pada mulanya hubungan tersebut masih bersifat lunak dalam bentuk hubungan persahabatan dagang, tetapi lama kelamaan hubungan tersebut makin mengikat dengan berbagai perjanjian. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menaklukkan sebagian raja-raja di Sulawesi Tengah. Bahkan raja yang tidak mau tunduk dibawah kekuasaannya dipaksa melalui peperangan. Pada zaman pemerintahan Belanda awal abad XX pulau Sulawesi dibagi atas dua provinsi yaitu Sulawesi Selatan dengan ibukota Makassar dan Sulawesi Utara dengan ibukota Manado. Setiap provinsi dibagi menjadi afdeling dan setiap afdeling dibagi menjadi onder afdeling serta setiap onder afdeling terdiri dari beberapa kerajaan.

Dengan datangnya pemerintahan Jepang tahun 1942 di Sulawesi Tengah praktis berlaku administrasi pemerintahan militer yang tidak jauh beda dengan Belanda. Dari organisasi dan para raja inilah timbul ide untuk membentuk daerah otonom Sulawesi Tengah. Pada tahun 1949 lima belas orang raja yang memerintah di 15 kerajaan di Sulawesi Tengah mengadakan pertemuan di Tentena untuk membicarakan perlunya dibentuk daerah otonom Sulawesi Tengah yang wilayahnya terdiri dari 15 kerajaan tersebut. Sebagai koordinator/ketua dari 15 dewan raja tersebut dipilih R. M. Pusadan yang juga sebagai Kepala Daerah Otonom dengan ibu kota Poso. Pemerintahan dewan raja ini hanya berlangsung hingga tahun 1950. Melalui PP No. 33 tahun 1952 Sulawesi Tengah yang tadinya hanya satu kabupaten dengan ibukota Poso, dibagi lagi menjadi dua daerah administratif setingkat kabupaten yaitu kabupaten Poso dengan ibukota Poso dibawah pimpinan Kepala Daerah Abdul Latif Daeng Masikki dan Kabupaten Donggala dengan ibukota Palu di bawah pimpinan Kepala Daerah Intje Naim Daeng Mamangun. Keadaan kedua Wilayah ini berlangsung hingga tahun 1956.

Pada bulan Juli 1957 Permesta memproklamirkan berdirinya Provinsi Sulawesi Utara (melepaskan diri dari Gubernur Sulawesi di Makassar) yang mencakup wilayah Sulawesi Tengah dengan Gubernur H. D. Manoppo. Namun para tokoh masyarakat Sulawesi Tengah dari berbagai aliran dan golongan serta para pemuda tidak setuju dengan tindakan indisiplier Permesta tersebut. Para tokoh yang tergabung dalam GPPST (Gerakan Penuntut Provinsi Sulawesi Tengah) bertekad untuk mempertahankan daerah Sulawesi Tengah serta memperjuangkan Provinsi Sulawesi Tengah yang otonom. Pada tahun 1959 berdasarkan UU No. 29 tahun 1959, Keresidenan Koordinator Sulawesi Tengah yang tadinya hanya membawahi dua kabupaten, dirubah menjadi empat kabupaten, yaitu:

1. Kabupaten Donggala dengan ibukota Palu
2. Kabupaten Tolitoli dengan ibukota Tolitoli
3. Kabupaten Poso dengan ibukota Poso
4. Kabupaten Banggai dengan ibukota Luwuk.

Sedangkan bekas Kewedanaan Buol yang tadinya masuk wilayah Kabupaten Gorontalo digabungkan ke dalam wilayah daerah Kabupaten Buol Tolitoli tahun 1960. Status Propinsi Administratif Sulawesi berakhir pada tahun 1960 yang ditetapkan dengan UU No. 47 tahun 1960 dan secara otonom membagi Sulawesi menjadi Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara dengan ibukota Makassar dan Provinsi Sulawesi Utara Tengah dengan ibukota Manado. Dalam kurang lebih sepuluh tahun sejarah perjuangan pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah, oleh Pemerintah Pusat dikenal delapan macam konsepsi. Dari kedelapan konsepsi tersebut yang disetujui dan diterima oleh Pemerintah Pusat adalah "Konsepsi Mahasiswa Sulawesi Tengah" atau juga dikenal sebagai "Konsepsi Rusdi Roana-Rene Lamakarate". Akhirnya pada tahun 1964 melalui PERPU No. 2 tahun 1964 tentang pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah dengan ibukota Palu, yang disahkan dengan UU No. 13 yang diundangkan pada tanggal 23 September 1964, dan berlaku surut tanggal 1 Januari 1964 (LN No. 64 tahun 1964) yang wilayahnya meliputi:

1. Kabupaten Poso = 24.122 Km2
2. Kabupaten Donggala = 23.496 Km2
3. Kabupaten Banggai = 13.163 Km2
4. Kabupaten Buol Tolitoli = 7.261 Km2

Tahun 1964 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Toli-toli. Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah.

Dengan perkembangan Sistem Pemerintahan dan tuntutan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah yakni Kabupaten Parigi Moutong. Dengan demikian hingga saat ini berdasarkan pemekaran Wilayah Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi sepuluh Daerah yakni :

1. Kabupaten Donggala berkedudukan di Donggala, luas wilayah 10.471,71 Km2
2. Kabupaten Poso berkedudukan di Poso, luas wilayah 8.712,25 Km2
3. Kabupaten Banggai berkedudukan di Luwuk, luas wilayah 9.672,70 Km2
4. Kabupaten Tolitoli berkedudukan di Tolitoli, luas wilayah 4.079,77 Km2
5. Kota Palu berkedudukan di Palu, luas wilayah 395,06 Km2
6. Kabupaten Buol berkedudukan di Buol, luas wilayah 4.043,57 Km2
7. Kabupaten Morowali berkedudukan di Kolonodale luas wilayah 15.490,12 Km2
8. Kabupaten Banggai Kepulauan berkedudukan di Banggai, luas 9.672,70 Km2
9. Kabupaten Parigi Moutong berkedududkan di Parigi, luas wilayah 6.231,85km2
10. Kabupaten Tojo Una-Una berkedudukan di Ampana, luas wilayah 5.721,51 km2

Demikian pada tanggal 13 April 1964, di Palu dilangsungkan upacara serah terima Daerah Keresidenan Koordinator Sulawesi Tengah dari Gubernur J. F. Tumbelaka selaku bekas penguasa Sulawesi Utara Tengah kepada Gubernur Anwar Datuk Mojo Basa Nan Kuning selaku Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah yang pertama, sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 36 tahun 1964 tanggal 13 Pebruari 1964.
Berikut beberapa Gebernur yang pernah memimpin daerah Provinsi Sulawesi Tengah sejak periode tahun 1981 – sekarang:
1. Anwar Datuk, Periode Tahun 1964-1968
2. M. Yasin, Periode Tahun 1968-1973   
3. A. R. Tambunan, Periode Tahun 1973-1978   
4. Moenafri, Periode Tahun 1978-1979   
5. R. H. Eddy Djajang, Periode Tahun 1979-1980   
6. Eddy Sabara, Periode Tahun 1980-1981   
7. H. Galib Lasahido, Periode Tahun 1981-1986
8. H. A. A. Lamadjido, Periode Tahun 1986-1991 dan Periode Tahun 1991-1996
9. H. B. Paliudju, Periode Tahun 1996-2001
10. H. Aminuddin Ponulele, Periode Tahun 2001-2006
11. H. B. Paliudju, Periode Tahun 2006-2011
12. H. Longki Djanggola, Periode Tahun 2011-2016
Last Updated on Wednesday, 09 November 2011 03:17




Selasa, 03 Juni 2014

Goa Persembunyian Tandalonggo

Sumber : http://metrosulteng.com/2014/03/06/menjelajah-goa-bekas-persembunyian-tandalonggo

Menjelajah Goa Bekas Persembunyian Tandalonggo


isty162Palu,MetroSulteng.com- Sebuah goa yang terletak di Desa Balaroa Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi, menurut cerita tokoh adat Desa Balaroa, pernah menjadi tempat persembunyian Tandalonggo, putra dari Raja Randalemba, seorang raja Kaili yang memerintah di Kerajaan Sigi kala itu.
“Tandalonggo adalah anak dari Randalemba. Beliau adalah raja Kaili yang tinggal di daerah ini. Saat berusia 11 tahun, Tandalonggo sudah berani untuk melawan perintah Belanda. Karena dicari-cari Belanda, Tandalonggo bersembunyi di sebuah hutan. Di dalam hutan itu ada sebuah goa alam jadi tempat persembunyiannya bertahun-tahun,” kata Hasluddin, salah satu tokoh adat Desa Balaroa Pewunu, pekan lalu.
Untuk sampai ke goa tersebut, kita harus berjalan kaki melalui jalan setapak kurang lebih tiga kilometer sekitar 45 menit menembus hutan . Kondisi Hutan yang masih perawan, jalan terjal, licin dan sempit. Jika beruntung, kita bisa melihat ular hutan.
isty076Untuk menghilangkan rasa capek, sesekali singgah beristirahat sambil melihat pemandangan kota dari pegunungan. Rasa lelah langsung hilang berganti rasa takjub dengan keindahan alam yang tersaji di depan mata.
Setelah menempuh perjalan melelahkan, tak terasa akhirnya tiba di sebuah batu berukuran besar dengan kedalaman kurang lebih 5 meter. Kondisinya masih alami. Di lubang batu itulah Tandalonggo pernah bersembunyi hingga ditemukan penjajah Belanda.
isty137Saat itu Tandalonggo langsung diasingkan ke Nusakambangan lalu Aceh. Tandalonggo kemudian dikembalikan lagi ke daerah asalnya dan wafat di kampung halamannya tahun 1963.
Menurut Sekdes Balaroa Guntur, menuturkan desa Balaroa Pewunu merupakan hasil pemekaran dari desa induk Balaroa. Pemekaran desa dilakukan tahun 2013 lalu. Desa ini berpenduduk 230 kepala keluarga atau sekitar 1.500 jiwa.
Bagi Anda yang ingin berkunjung ke tempat itu, tidak perlu ragu. Keramahan warga setempat sangat tinggi. Mereka dengan mudaj akrab dengan tamu yang datang. Setiap tamu yang datang juga akan disambut suguhan makanan khas Kaili, ubi rebus lengkap dengan lauk khas Kaili. Selamat mencoba…
Laporan : Ana Sirajuddin

ASAL USUL PALU



Sumber :  http://cuterussaja.blogspot.com/2012/05/asal-usul-palu.html

ASAL USUL PALU

. Kota Palu yang berada tepat di tengah-tengah pulau sulawesi merupakan sebuah kota yang kecil yang berpenduduk sekitar 400rb jiwa. Memiliki kultur masyarakat heterogen, berasal dari hampir seluruh suku bangsa negeri ini. Dalam rentan sejarah bangsa ini, kota Palu sangat jarang di sebutkan baik itu sejarah sebelum maupun sesudah kemerdekaan. yang kemudian memunculkan berbagai pertanyaan, kenapa yah? apa sebabnya bisa begitu? apakah Kota Palu belum ada pada saat itu? Dalam kesempatan ini kami mencoba mengungkap kembali berbagai peristiwa penting yang terjadi di Palu yang saat ini sedikit terlupakan (atau mungkin tidak pernah didapatkan di bangku sekolah?) dan mengendap di perpustakaan-perpustakaan dan di rak-rak buku kita yang sudah berdebu, seperti debu-debu yang beterbangan di dalam kota. Sekilas, Untuk ukuran sebuah kota, dalam hal ini sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan Palu telah berumur lebih dari 400 tahun yang di diami oleh penduduk asli yaitu suku Kaili. Yang sampai saat ini menjadi salah satu suku yang terbanyak jumlah penduduknya di Sulawesi Tengah yang berjumlah sekitar 45% dari keseluruhan jumlah penduduk Sulawesi Tengah. Sangat sedikit literatur yang membicarakan kota Palu, kalaupun ada usianya sudah lebih dari 20 tahun yang lalu. hal ini menjadi salah satu penghambat penelusuran sejarah. namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk melacak sejarah yang terlupakan ini, salah satunya dengan folk-tale (cerita rakyat) yang masih ada dimasyarakat sampai saat ini. Sedikit mengali, Pada awalnya peadaban to-Kaili terletak di pegunungan yang mengintari laut Kaili (saat itu kata Palu belum digunakan, karena lembah Palu masih berupa lautan) yang terdiri dari beberapa Kerajaan lokal. to-Kaili juga terdiri dari beberapa subetnik Kaili diantaranya To-Sigi, To-Biromaru, To-Banawa, To-Dolo, To-Kulawi, To-Banggakoro, To-Bangga, To-Pakuli, To-Sibalaya, To-Tavaili, To-Parigi, To-Kulavi dan masih banyak lagi subetnis Kaili lainnya. To-Kaili mendiami hampir seluruh seluruh Kota Palu, Kab. Donggala, Kab. Sigi dan Kab. Parigimautong. Selain itu to-Kaili juga mempunyai beberapa dialek diantaranya dialek Ledo, Rai, Tara, Ija, Edo/Ado, Unde, dan lain-lain. an dari semua dialek, dialek Ledo merupakan dialek yang umum di gunakan. Semua dialek Kaili merupakan dialek yang dibedakab dari kata "sangkal", karena semua jenis dialek Kaili mengandung pengrartian "tidak". Kaili sendiri konon katanya diambil dari satu jenis pohon yang bernama Kaili (saat ini sudah punah) sebuah pohon yang sangat besar dan tinggi yang menjadi penanda daratan bagi orang-orang yang memasuki teluk Kaili (teluk Palu dulu bernama teluk Kaili). Pohon Kaili ini diperkirakan terletak diantara Kalinjo (sebelah timur Ngata Baru) dan Sigimpu (sebelah Tenggara desa Bora). ditengarai pohon ini terletak di Ngata Kaili (sebuah kampung yang terletakdi sebelah selatan Paneki, saat ini masih didiami oleh masyarakat etnik Kaili). Dalam Epos Galigo tercatat satu riwayat Sawerigading, yang pernah menginjakan kakinya di tanah Kaili, peristiwa ini terjadi sekitar abad 8-9 M. Cerita tentang Sawerigading sangat populer di masyarakat Bugis dan juga masyarakat Kaili. Peristiwa ini juga merupakan cikal bakal terjalinnya hubungan dagang antara Kerajaan-Kerajaan di Tanah Kaili khususnya Kerajaan Banawa dan Kerajaan Sigi. Kapan adanya Palu? Teluk Kaili dahulu sangat luas yang tepi pantai sebelah barat berada di Desa Bangga, di belah timur sampai ke Desa Bora dan mengintari Desa Loru. Bisa di bayangkan seperti apa lembah Palu pada saat itu. proses surutnya laut teluk Kaili diperkirakan terjadi sebelum Abad 16, sebab pada Abad 16 sudah ada Kerajaan Palu. Ada beberapa versi tentang surutnya laut Kaili yang berkebang di masyarakat, salah satunya adalah saat seekor anjing yang mengganggu ketenangan seekor belut lalu kemudian terjadi perkelahian hebat yang menyebabkan sang belut keluar dari lubangnya kemudian oleh si anjing, belut tersebut di seret menuju laut dan serta merta air laut pun surut dan berakhir di talise. Lubang belut itu yang kemudian menjadi Rano Lindu (Danau Lindu) sedangkan tanah bekas di seretnya sang belut kemudian menjadi sungai Palu. Dalam versi lain di sebutkan proses surutnya air laut terjadi pada saat Kerajaan sigi yang saat itu di pimpin oleh seorang perempuan bernama Ngilinayo atau lebih di kenal dengan nama Itondei sedang melakukan pesta besar untuk rakyat Sigi da terjadi sebuah bencana besar yang mengguncang seluruh daerah Tanah Kaili. bencana itu menyebabkabkan laut Kaili menyusut dan membentuk daratan yang pada saat itu di sebut "LEMBA" atau lembah. tidak diketahui berapa lama proses ini berlangsung. pun halnya dengan menjadi subur dan nyamannya "LEMBA" untuk ditinggali. Subur dan nyamannya lembah Kaili menggoda para masyarakat yang pada saat surutnya laut Kaili sudah menjadi masyarakat pegunungan untuk menempatinya. terjadilah gelombang urban baik dari barat lembah maupun dari timur lembah. di timur lembah terjadi dua gelombang yaitu: Gelombang pertama menempati daerah yang di tumbuhi ilalang (Biro) yang sekarang bernama Biromaru Gelombang kedua memecah diri menjadi dua, kelompok yang satu pun memilih Biromaru dan yang lainnya melanjutkan perjalanan menuju Palu. Gelombang urban ini kesemuanya berasal dari Raranggonau, sebuah daerah yang terletak di sebelah timur Paneki. Untuk menamai tempat yang di diaminya (dalam hal ini urban yang menuju ke Palu) maka masyarakat menanan Avo mPalu di tepi sungai Palu (tidak diketahui dimana letak yang pasti). Avo mPalu adalah adalah salah satu jenis bambu yang bentuknya kecil (Avo mPalu = bambu kecil) yang tumbuh di Daerah Raranggonau. dan seterusnya nama Palu ini digunakan. Dari barat lembah terjadi satu gelombang yang berasal dari bangga lalu kemudian menempati satu wilayah yang kini dikenal dengan nama Dolo. Berapa usia kota Palu? Pada Abad 16 dalam Aksara Lontara telah di sebutkan satu Kerajaan di tanah Kaili yang bernama Kerajaan Palu. punhalnya para intelektual belada pada Abad 18 telah menggunakan kata Palu untuk menunjuk daerah lembah Kaili. Patut ditelusuri kapan tepatnya penggunaan kata Palu untuk Kota Palu sebab hal ini dapat mengungkap tabir peradaban masyarakat Kaili. Sayangnya, masyarakat Kaili tidak menganut budaya tulis, melainkan budaya lisan. Hal ini disebabkan karena orang Kaili mempunyai satu filosofi bahwa tubuh adalah dunia yang kecil, dan apun yang terjadi di dunia merupakan kejadian dalam diri. Dengan kata lain tubuh adalah rangkaian catatan-catatan yang terus mengalir dari waktu kewaktu. Pengertian Kaili secara lingua franca lebih merujuk kepada tubuh, tempat mengalirnya darah. No -Kaili = mengaliri, dari hulu ke hilir memberi kehidupan dan pengalaman baru kepada apapun yang dilaluinya. = catatan khusus= dari semua peradaban to-Kaili yang coba diungkap disini masih ada lagi satu peadaban yang di tengarai juga sangat tua yaitu peradanan Lando, yaitu peradaban to-Kaili yang terletak diantara raranggonau dan tompu. dan ada satu Kerajaan Kaili tertua yang bernama Kerajaan Sidima yang terletak di Negeri Kalinjo (sebelah timur Tompu). Namun, kurangnya literatur menyebabkan pembahasan ini belum dapat di publikasikan. Pada tulisan ini juga kami tidak menggunakan kata bolovatu mPalu tapi avo mPalu, dikarenakan penamaan bambu bagi To-Kaili untuk bolovatu digunakan untuk bambu berukuran besar seperti bambu gobong. Sedangkan avo di gunakan untuk bambu yang berukuran lebih kecil. Tulisan ini dihimpun dari berbagai sumber yang di observasi secara literatur dan wawancara.